A Chick With Lipstick

Ngehayal berjuta-juta tahun pun saya gak pernah kepikiran bakal jadi model video, eh tapi ternyata hal itu malah kejadian. Beberapa saat yang lalu saya di minta untuk bantuin temen-teman Amnesty International Wageningen untuk jadi "model" video promo event. Bagi kalian yang belum tahu, Amnesty International adalah NGO International yang fokus terhadap hak asasi manusia. Mereka memiliki cabang dimana-mana, termasuk di Unversitas Wageningen. Di Wagenignen University, Amnesty International termasuk kedalam student association (organisasi mahasiswa) dan anggota aktifnya saat ini mencapai 20 orang lebih. 

Jadi gimana ceritanya sampai saya diminta jadi model video ini. Berawal dari Thomas (teman  dari group Amnesty) yang ingin buat video promo untuk event Amnesty. Awalnya dia minta Yaya untuk jadi model video nya, tapi berhubung Yaya tidak bisa, akhirnya Thomas beralih ke saya. Awalnya sih saya males juga mau jadi model video promo Amnesty, karena saya merasa bisa lebih berguna bantuin hal lain ketimbang ikutan bikin video. Tapi akhirnya Thomas bilang "we need someone from outside Europe as the model so the video can attract more people". Gara-gara itu saya pun meng-iyakan tawaran Thomas.

Lalu kenapa sih mesti orang luar Europe yang jadi model nya? Karena video nya sendiri bercerita tentang jurnalis/aktivis dari negara berkembang (seperti Indoneisa), yang dimasukan ke penjara karena opini politis nya yang bertentangan dengan pemerintah. Tujuan dari video ini sendiri untuk mendorong publik agar menulis surat sebanyak-banyak sebagai bentuk dukungan terhadap tahanan yang direnggut hak asasinya serta mendorong pemerintah agar melepaskan tahanan tersebut. So bottom line, this video is made for a good cause.

Pembuatan video ini melibatkan 3 orang: saya, Thomas dan Stefan (housemate nya Thomas, seorang filmmaker yang membantu membuat video). Proses pembuatan video nya dimulai dari jam 12 siang sampai jam 4 sore, terhitung cukup cepat karena itu sudah termasuk lunch break dan coffee break. Ternyata sehari sebelumnya Thomas dan Stefan sudah prepared setting tempat dan setting camera, jadi ketika saya datang tanpa banya ba bi bu langsung take gambar. Kerjanya efektif deh!

storage yang dirubah jadi "penjara"

pengambilan scene pertama

Yang cukup unik dari video ini adalah setting nya yang harus diambil dari dalam penjara. Terus terang, akan sangat susah kalau kita mau shooting di penjara betulan, dan lebih ribet lagi kalau harus buat penjara boongan. Untungnya Stefan kenal seseorang yang punya gedung tua dan dibawah gedung tersebut ada basement yang bisa kita gunakan untuk shooting. Lokasi gedung tua tersebut ada di daerah Arnhem (jaraknya sekitar setengah jam dari Wageningen). Basement nya sendiri persis kaya basement di film-film horor kaya Conjuring. Di dalam basement itu ada storage room kecil yang dipakai untuk taro sepeda bekas. Nah, ruang itulah yang kita gunakan sebagai "penjara". Ternyata di basement tersebut udaranya sangat dingin, disela-sela take gambar, saya selalu buru-buru pakai jaket parka dan sepatu supaya gak masuk angin.

Sejak semula saya sudah tahu bahwa saya akan jadi tahanan, karena itu untuk video ini saya tidak repot-report pake make up an atau blow rambut. Malah sebaliknya, muka saya harus di buat cemong, kaki dan tangan saya dilumuri arang, dan  rambut dibuat acak-acakan. Sama sekali tidak keliatan menarik deh. Tapi namanya juga totalitas, jadi yah terima aja kata sutradara. Setelah video nya jadi, banyak yang nanya, susah gak buat video nya? Nope, sama sekali engga, karena basically saya tidak perlu acting. Insturksi-instruksi yang saya terima cuma: coba liat kamera, kepala toleh ke samping, ambil suratnya pelan-pelan, dll. Saya tidak diminta untuk mengeluarkan emosi atau ekspresi tertentu atau apaun. Dan saya sebenarnya sangat bersyukur, karena aslinya saya gak bisa acting, malah disalah satu scene saya setengah mati menahan ketawa karena geli melihat kaki saya yang belepotan arang di shoot dari jarak dekat.

Thomas dan Stefan yang lagi fokus ngambil gambar

saya & Thomas setelah scene terakhir selesai.

Saat pertama kali melihat video ini, saya merasa kikuk sendiri. Padahal videonya sendiri tidak sampai 2 menit, tapi tetap saja rasanya aneh melihat diri saya berada didalam video itu. Tapi bagaimanapun juga pengalaman membuat video ini benar-benar menyenangkan dan semoga pesannya bisa tersampaikan :)

Sejak awal, saya dan Yaya udah ngerencanain ingin ikutan pesta Halloween yang diadakan oleh student association di Wageningen University, tapi sekalipun sudah merencakan sejak lama, tetap saja kita adalah orang-orang yang tipenya always waiting until the very last minute. Jadi karena persiapan kurang dan kami pun menolak keluar uang untuk beli costum atau Mask 3D Halloween, akhirnya kami memutuskan untuk pakai kostum seadanya, yang penting semangat Halloween nya tetap berkobar-kobar.

Setelah meneliti wardrobe kita yang pilihannya sangat terbatas, saya akhirnya memtusukan untuk jadi Geisha dan Yaya jadi vampire. Saya pilih jadi gesiha karena kebetulan saya punya kimono tidur warna biru yang bisa saya jadikan kostum ala-ala geisha, dan Yaya sendiri pilih jadi vampire karena wardrobe nya gampang, cukup pake baju item-item ala Edward Cullen. 

Sejak kita ngomongin mau ikutan pesta halloween, Yaya udah ribut minta di dandanin, saya sih senang-senang aja bisa ngedan-danin dia, hitung-hitung ada yang mau jadi kelinci percobaan :D Tapi baru kali ini saya buat make-up serem untuk orang lain, jadinya agak kagok juga. Setelah liat video Youtube sana sini, akhirnya saya sedikit tahu trik ala-ala make up Vampir: muka dibuat putih pucat dan super flawless lalu buat dark eye cycle yang ngebuat kita seolah-olah tidak tidur 3 hari 3 malam. Maunya sih ditambah darah-darah dikit di area mulut, tapi Yaya gak mau jadi vampir cemong, jadinya saya berimprovisasi menambahkan "urat-urat" halus di sekitar mata supaya jadi tambah serem. Untuk lipstick mah standar, cuma pake lipstick warna merah yang di timpa-timpa supaya warnanya jadi pekat.

make up vampir nya Yaya

Untuk penampilan saya sendiri, duhh jangan di tanya deh. Malu! Karena saya hanya punya waktu dandan 30 menit, jadi hasil make up nya cuma seadanya dan jauh dari yang dibayangkan. Dan inilah make up Geisha ala saya.

Geisha & Vampir

Sebelum kami pergi ke Het Gat, pub tempat diadaknya pesta hallowee, kami sebenarnya agak was-was bakal overdressed karena sebelumnya mentor saya bilang: last year barely people showed up wearing a costume. Gara-gara itu kami takut jangan-jangan cuma kami saja yang dandannya heboh. Tapi ternyata beda tahun beda juga ceritanya, Halloween tahun ini banyak banget students yang dateng dan bener-benar dress up for Halloween theme, bukan cuma muka saja yang dicoret-coret serem, tapi kostum nya pun bener-bener niat. Salah satu kostum yang jadi favoritku adalah kostum nya Bella yang jadi sexy nun, cute ya!

Bella as a Sexy Nun

Terus kalo pesta halloween kaya gini biasanya ngapain aja sih? Dari pengalaman ku kemarin, biasanya Dutch student nya ngumpul-ngumpul dan minum-minum di salah satu student housing, atau pergi ke bar/pub. Terus di bawah bar ada ruangan khusus untuk nge-dance dan orang-orang numplek disitu semua. Saya sendiri cuma bentar aja kebawah liat-liat orang yang joget, terus naik lagi ke atas dan langsung pulang ke rumah.

Geisha X Geisha

suasana di dalam Het Gat

Sekalipun banyak yang bilang kalo Halloween itu bukan tradisinya orang Dutch, tapi Halloween di Wageningen tetap seru!

Jujur aja, sejak tinggal di Wageningen, saya jadi malas dandan, padahal sebenarnya dengan tinggal di Belanda saya jadi lebih bebas berekspresi dan bebas dandan tanpa harus dengar nyinyiran orang tetang betapa "berlebihan"nya make up saya. Tapi harus saya akui, ternyata ada banyak faktor yang mempengaruhi saya dalam ber-make up, salah satunya adalah faktor waktu. 

Bukannya sok sibuk, tapi karena sering begadang ngerjain tugas, pagi-pagi saya jadi sering telat bangun, dan begitu bangun saya harus buru-buru menyiapkan bekal makan siang dan langsung pergi ke kampus, jadinya saya tidak punya banyak waktu untuk dandan.

Sekalipun demikian, saya tetap berusaha untuk tampil presentable untuk penampilan sehari-hari. Rutinitas make up saya sekarang biasanya diawali dengan memakai pelembab (dari ERHA Clinic), yang dilanjutkan dengan memakai foundation. Saat mengapliaksika foundation, saya seringnnya pakai stippling brush karena selain cepat, menurut saya hasilnya lebih rata dibandingkan pakai foundation brush jenis lain. Sudah beberapa bulan ini saya hanya pakai foundation dari  Make Up Forever HD Foundation (shade N155). Terus terang, ini adalah foundation andalan saya saat ini karena shade nya paling cocok dengan kulit saya yang  jadi agak gelap setelah tinggal di Belanda. Selain itu, Make Up Forever HD foundaton hasilnya agak dewy, jadinya cocok untuk cuaca di belanda yang kering and semriwing. Kulit saya jadi terlihat glowy tanpa kelihatan seperti ketumpahan minyak goreng :D. Dan biasanya selesai pakai foundation, saya tidak bedakan lagi, karena cuaca disini kering banget, saya gak mau pakai bedak lagi karena takut hasil nya jadi crack di muka.

Btw, cewe-cewe Dutch disini bulu matanya lentik-lentik dan tebel-tebel! Saya juga gak mau kalah dong, makanya saya rajin banget ngelentikin bulu mata dan pakai mascara. Mascara andalan saya adalah Bourjois Twist up the Volume yang seharusnya sudah saya buang dari kapan lalu, soalnya pas saya inget-inget lagi, ternyata saya sudah pakai mascara ini selama setahun. Lama banget kan! (bahkan mungkin terdengar sangat jorok untuk sebagian orang). Masalahnya, mascara ini gak kering-kering, dan karena sayang untuk dibuang jadinya saya pakai aja terus. Terlepas dari mascara ini sebenarnya sudah expired, menurut saya performa kerjanya patut dikasih 2 jempol! Selain gak bikin clumpy, mascara in ini juga multifungsi, bisa melentikan sekaligus memanjangkan!

Banyak yang bilang kalau tinggal di negara 4 musim pasti bakal bikin kulit dan bibir kering, dan ternyata memang benar. Terbukti selama hampir 3 bulan tinggal di Belanda, bibir saya jadi kering banget, alhasil jadi jelek kalau dipakein lipstik karena bibirnya pecah-pecah. Harusnya sih dipakaikan lip scrub, tapi karena gak ada jadi cukup saya pakaikan lip balm saja. Tapi ada satu lip balm yang selalu setia saya pakai tiap hari, yaitu The Body Shop Lip Butter. Saya suka banget dengan aromanya, dan karena tidak berwarna jadi bisa langsung saya timpa dengan lipstik lain.

Tapi disaat saya sedang menikmati rutinitas make up yang simple, di sisi lain saya juga merasa bersalah karena  make up produk lain nya tidak saya sentuh selama berbulan-bulan :)

Hoi! Setelah sekian lama hilang dari peredaran, akhirnya sekarang saya berhasil update blog juga. Hampir 2 bulan lamanya saya disibukkan dengan persiapan pindah ke Belanda sampai-sampai tidak bisa nulis postingan blog. Namun semua persiapan dan penantian saya berbuah manis karena sekarang saya telah menginjakan kaki di tanah belanda yang super flat ini :)

Sudah seminggu lebih saya tinggal di Wageningen Belanda, sebuah kota kecil di dekat Arnhem yang terkenal dengan kampus dan sapi-sapinya. Tiap kali saya bilang Wageningen, hal pertama yang orang-orang sebut adalah sapi, entah mengapa. Anyway, walaupun baru seminggu disini sudah ada beberapa hal menarik yang saya rasakan:

foto didepan gedung Forum, Wageningen University

1. Is It Really Summer?
Sekalipun di Belanda saat ini lagi summer, tapi udaranya tetap lebih dingin kemana-mana ketimbang Jakarta. Selain dingin, di Belanda pun sangat windy. Jadi "summer" itu cuma istilah saja, buntut-buntutnya tiap kali keluar asrama saya tetap bawa jaket/sweater. Eits, tapi jangan salah, sekalipun lebih dingin dan banyak angin, namun baru seminggu disini kulit saya jadi tambah hitam. Ini bisa terjadi karena saking dinginnya di Belanda, saya mau nya berdiri dibawah sinar matahari terus supaya lebih hangat, namun tanpa saya sadari hal itu bisa membakar kulit.

makan-makan saat 17 Agustusan yang diadakan oleh PPI Wageningen.

2. Sepeda, Kring-Kring!
Punya sepeda wajib hukum nya kalau mau stay lama di Belanda. Saya baru punya sepeda pada hari ketiga, dan pada 2 hari pertama tanpa sepeda di Belanda, saya merasa sangat kewalahan. Mau kesana-sini susah. Teman-teman yang lain sudah main sana sini dengan sepeda, saya cuma bisa ke Centrum saja naik bus. Jadi kalau mau sekolah di Belanda, saran saya sih begitu sampai lebih baik langsung beli sepeda.

3. Kebelet pipis? Tahan!
Di daerah saya tinggal, di Wageingen, susah sekali menemukan toilet umum. Kalau kita kebelet pipis pilihan nya cuma 2: balik ke asrama terus pakai toilet dikamar/koridor atau balik ke kampus dan pakai toilet kampus. Jadi kalau kita menemukan wc, mending jangan ditahan-tahan kencing nya, hajar saja dari pada kebablasan di jalan. 

sekalipun matahari tinggi dan terik, tapi jaket tetep dipake...soalnya dingin, brrrr.

4. Tap Water
Di banyak negara maju, termasuk Belanda, minum air langsung dari keran atau/tap water sudah jadi hal yang lumrah. Tapi buat saya yang tidak pernah coba tap water, hal ini jadi agak unik. Bahkan air dari wastafel kamar pun bisa kita minum. Jadi jangan aneh deh kalau lihat orang-orang bawa botol minum kosong atau tumbler terus diisi air dari kamar mandi. Saya juga awalnya merasa agak risih dan aneh, tapi sekarang sih cuek saja. Mending nelan gengsi daripada dehidrasi, benar gak?

susasana street market di Wageningen yang hanya ada setiap hari Rabu dan Sabtu

5. People With Yellow Hair
Awalnya saya kira kehidupan saya akan berubah 180 derajat setelah tiba di Belanda. Tapi setelah dipikir-pikir lagi, rasanya biasa saja tuh. Suasananya saja yang berbeda, namun feeling yang saya dapatkan tetap sama seperti saat saya tinggal di Indonesia. Tentunya hal ini beda bagi setiap orang, namun saya sendiri tidak merasa terlalu overwhelming setelah saya tiba di Belanda. Bahkan ― dan mungkin hal ini agak bodoh untuk dikatakan ― satu-satunya hal yang membuat saya tercengang setelah tiba di Negeri Van Oranje ini adalah banyaknya jumlah orang berambut pirang yang saya temui. That's it. Selebihnya, it almost feels the same seperti di Indonesia. Anyway, tiap kali ada teman yang tanya gimana sih rasanya hidup di Belanda, dengan bercanda saya jawab: " sama aja ah kaya di Indo, cuma bule nya aja betebaran dimana-mana kaya kacang goreng" :D

Halo manteman, sebelum saya tenggelam lagi dengan tugas kuliah dan bacaan jurnal-jurnal ilmiah, buru-burulah saya buat postingan ini mumpung sempet, apalagi kemarin saya sudah janji mau sharing tentang pengalaman foto shoot ala-ala Fall Theme di Wageninge :)

Jadi officially musim gugur di Belanda dimulai pada tanggal 23 September 2015, namun daun-daun mulai kering dan rontok sekitar 2 minggu lalu, berbarengan dengan udara yang ngedrop jadi diingin sekitar 3 - 10 celcius. Sekalipun gitu, pemandangan di Wageningen jadi super cantik, daun-daun berubah jadi warna kuning, menambah romantisme musim gugur ala-ala Korea gitu...(kok malah jadi Korea sih??)

Anyway, saya tidak mau melewatkan begitu saja pengalaman musim gugur pertama saya di Belanda, moment ini wajib diabadikan! Saya harus foto-foto! Dan rencana tersebut akhirnya bisa saya realisasikan pada hari Sabtu lalu. Saya berserta teman saya, Yaya, kita planning untuk foto shoot ala-ala Fall theme, yang sekalipun perlengkapannya cuma seadanya (foto cuma pake HP), tapi make up teteup harus on :). Jadi lah kita dandan-dandan dulu sebelum foto. Saya juga cukup bingung waktu pilih-pilih baju untuk foto, awalnya saya mau pakai jaket kulit, tapi akhirnya saya putuskan pakai sweater aja, biar keliatan lebih feminime (eaaa)

Begitu keluar housing ternyata dingin banget....brrr! Kita harus sampai pakai sarung tangan segala! Setelah tanya teman dimana spot yang cantik untuk foto, akhirnya kita memutuskan untuk pergi ke taman di dekat Dijkgraaf (student housing), lokasi tempat pemotretan. Eitt, belum juga sampai ke Dijkgraaf, kita ngelewatin deretan pohon yang cucok buat foto-foto, akhirnya kita putuskan untuk berhenti sebentar dan foto-foto disitu. Tapi malu euy, soalnya itu dipinggir jalan dan lumayan diliatin banyak orang. Lokasinya random banget sih! :D

Begitu sampai di taman, kita langsung ngubek-ngubek cari spot yang bagus...ketemulah lokasi di sudut taman yang banyak daun bergugurannya serta jauh dari keramaian. Lokasi yang pas buat foto. 

Setelah jepret sana sini pake HP, kita memutuskan untuk pindah lokasi lagi. Sekarang kita pilih spot di tengah taman. Spot ini menurut saya paling cantik karena banyak banget daun-daun yang gugur dan daunnya berwarna kuning, bukan cokelat butek. Kita foto sedemikian rupa disitu, sampai akhirnya Yaya mulai foto sambil duduk dan tidur-tiduran di taman. Saya pun akhirnya ikut-ikutan. Awalnya saya pikir itu ide yang kreatif, karena hasil fotonya memang jadi lucu banget, tapi ternyata kita gak sadar kalau disitu banyak kotoran anjing! Pantesan aja dari tadi saya cium-cium bau yang mencurigakan! Untungnya setelah periksa sana sini, saya gak nginjek/duduk/tiduran diatas kotoran doggie. Masa udah dandan cantik-cantik tapi bau poop doggie sih....kan gak keren amat!

Dari sekian banyak foto yang kita ambil, ini dia beberapa foto yang "sukes" menggambarkan suasana Fall di Wageningen. Saya sebenernya ingin foto lebih banyak lagi, tapi sumpah, udaranya dingin banget, bawaanya ingin cepet-cepet pulang dan meringkuk di bawah selimut!

Hello guys, setelah sebulan lebih saya MIA (Missing in Action), sekarang saya kembali lagi dengan postingan blog tentang beauty. Terus terang saya sebenarnya rindu banget dengan dunia perdendong an apalagi dengan menulis blog, tapi tugas kuliah yang numpuk ditambah lagi dengan exam yang sampai membuat saya mimisan (lebay) benar-benar tidak memungkinkan saya untuk membelah diri dan mengerjakan hal lain. But I am trying, guys, I really do. So bear with me, please :)

Anyway, selama kuliah di Wageningen mood saya untuk dendong jadi naik turun, terutama kareana faktor waktu untuk dandan minim banget, maklum lah saya gak mau telat ke kelas, jadi dandan cuma seadanya supaya cepat, yang penting pas masuk kelas gak kaya muka bantal. Kalau dipikir-pikir, misalkan dalam satu hari saya bisa pakai foundation+mascara+lipstick, itu sudah kehitung bagus deh. Seringnya sih saya cuma pakai foundation atau bedak cushion saja.

Tapi entah kenapa minggu ini tiba-tiba muncul niat bikin photo shoot dengan tema Fall. Mungkin karena terinspirasi dengan suasana musim gugur yang cantik, diiringi oleh daun-daun berwarna kuning yang berjatuhan, membuat suasana di Wageningen jadi background yang sempurna untuk bernarsis-narsis ria alias buat foto-foto. 

Background fotonya sudah okeh, masa dandannya polos banget sih.... makanya saya akhirnya niat banget mau foto pakai full make up. Make up nya sih gak seheboh seperti waktu saya masih di Indonesia, yang lengkap dengan bulu mata palsu, countouring dan highligh. Make up kali ini simple-simple aja, tapi tetap terhitung lebih dari yang biasanya.

Untuk mata, saya pilih riasan soft smokey eyes. Eye shadow yang saya gunakan adalah eyeshadow dari palette andalan, Lorac Pro Palette, lalu sebagai pengganti eyeliner, saya menggunakan warna hitam dari Naked Palette. Setelah melentikan bulu mata, saya coat setiap helainya dengan Mascara Bourjois. Untuk alis sendiri cuma saya rapikan dengan brush, lalu saya beri sedikit brow gel supaya bentuk nya tidak berubah.

Di make up kali ini, saya cuma menggunakan 2 produk wajah: Foundation dari Mufe HD Foundation dan blush dari the balm. Simple kan? And last but not least, saya menggunakan lipstick favorit dari Bourjois. Sengaja pilih warnanya yang agak gonjreng, biar nge-complement eye make up saya yang soft. 

Simple tapi cucok kan? hehehe. Kalau penasaran ingin tahu bagai mana hasil foto-foto musim gugur yang saya ambil, tunggu di postingan yang selanjutnya ya :) Sekalian saya juga mau curcol sedikit tentang pengalaman-pengalaman lucu pas foto-foto di salah satu taman di Wageningen. 

Beberapa saat yang lalu saya menjual sekitar 70% koleksi make up saya. Bagi para make up junkies, mungkin kalian dan saya memiliki slogan yang sama: semakin numpuk make up nya semakin enak dipandangnya :D. But I came to my sense and I need to use my logic rather my heart, karena sekalipun tidak rela, tapi mau tidak mau saya harus meninggalkan sebagian besar koleksi make up saya. Jalan keluar yang paling menguntungkan adalah dengan dijual.  Loh loh...memangnya kamu mau kemana, Imelda? Ke bulan? Hehe, bukan-bukan, jawabannya ada di postingan ini #mysteriousmodeon

Saat memutuskan untuk jualan pun saya sempat ragu, bukan karena takut tidak laku, tapi karena saya tipe orang yang  tidak suka jualan. Ternyata sifat saya yang seperti ini sempat membuat ibu saya ngomel-ngomel, beliau heran kenapa saya tidak punya bakat dagang sama sekali. Tapi mau gimana lagi coba? #sayamahgituorangnya. Sudah lama saya menyadari bahwa gen berjualan tidak bergeloak di nadi saya :D Tapi once in a while ada kejadian yang bisa membuat kita berubah 180 derajat, bagi saya hal itu adalah peristiwa ini. Karena tidak mungkin semua make up saya masukan ke koper, saya membulatkan tekad dan memutuskan untuk menjual sebagian besar make up saya. Belum lagi sebenernya saya cukup tergoda dengan pundi-pundi uang yang bisa dihasilkan dari jualan make up pre loved. Kan lumayan banget tuh! Lagipula make up tersebut mungkin lebih berguna bagi orang lain ketimbang untuk saya sendiri. Inilah yang disebut win-win solution alias #mataduitan.

Namun harus saya akui, proses perpisahan saya dengan sebagian besar koleksi make up tersebut cukup emosional dan berat, karena kebanyakan make up yang saya jual adalah produk yang saya suka dan sempat jadi favorit. But business is business. Setelah melihat di FB bahwa banyak sekali orang yang minat dengan makeup pre loved, saya pun memutuskan untuk buka lapak disana. Ini adalah pertama kalinya saya jualan online dan banyak hal baru yang saya temukan. Mulai dari perasaan was-was ketika salah satu customer kirim sms dan bilang bahwa ada 1 barang nya yang kurang, namun setelah saya minta untuk cek didalam kotak pembungkus nya, ternyata dia bilang barangnya terselip diantara koran bekas pembungkus...(jiahh!!) Lalu ada juga customer yang menanyakan kenapa nomor resi yang saya beri tidak ke-track di website JNE, dia menanyakan hal tersebut sampai 2 kali, saya pun meminta pelanggan tersebut untuk bersabar dan keesokann harinya pengiriman saya baru muncul di sistem JNE (ternyata sistem JNE nya lemot). Yang ketiga adalah, ketika salah seorang customer mengabarkan bahwa barang yang saya kirim tertukar, dan saya pun mau tidak mau curi-curi waktu saat makan siang untuk balik ke JNE dan mengirimkan barang yang ketukar.

Saya salut terhadap teman-teman yang berjualan online, karena setelah saya jalani sendri ternyata jualan online itu lebih susah daripada kelihatannya. Butuh komitmen tinggi. Mulai dari harus setiap saat menjawab pertanyaan customer di FB/whatsapp/line, bolak balik ke JNE untuk kirim paket, bolak balik cek internet banking untuk melihat transeran sudah masuk atau belum, bolak balik ricek pesanan supaya tidak tertukar, bolak balik bungkus paket, dll. Jika kita stay at home full time, mungkin jualan online masih bisa ke handdle, tapi kalo jualan online sambil kerja 9 to 5 di kantor, tidak kebayang deh betapa rempongnya dan pasti sangat menyita waktu

If I can do it differently, tentunya ada beberapa hal yang akan saya siapkan atau rubah sebelum membuka lapak:

1. Sebelum membuka "toko", harus sudah mempersiapkan wraping/packaging yang memadai. Lapak milik saya dibuka pertama kali sekitar jam 10 malam, begitu saya posting di FB, ternyata ada customer yang langsung beli, bayar lunas, dan ingin paketnya dikirimkan pagi-pagi. Saya langsung kelimpungan karena saat itu bubble wrap saja belum punya, jadi mau packing pakai apa coba? Alhasil, pagi-pagi sebelum ke kantor saya ke pasar dulu cari bubble wrap, lalu packing barang dan pergi ke JNE untuk mengirimkan paket tersebut. Rempong tingkat dewa deh!
2. Sampaikan diawal kapan kamu dapat mengirimkan paket pesanan dan jangan menjanjikan jika tidak bisa ditepati. Karena saya kerja kantoran, terkadang saya hanya bisa mengirimkan paket sore-sore, selesai jam kantor. Ini terkadang membuat saya tidak enak karena banyak customer yang sudah bayar dari 1 hari sebelumnya, namun paketnya baru saya kirim besok sorenya sesudah pulang kerja, which means oleh JNE pengiriman baru dilakukan satu hari setelahnya. Sekalipun selama berjualan tidak pernah ada yang complain pengiriman telat, tapi lebih baik disampaikan di awal kapan kita bisa kirim paketnya agar kedua belah pihak sama-sama enak.
3. Sejak awal diterapkan sistem booking barang yang jelas. Ada beberapa customer saya yang mulai booking sejak hari senin namun baru dibayar hari rabu, padahal selama hari senin dan selasa ada beberapa customer lain yang mau langsung membayar untuk barang yang sudah dibooking tersebut. Namun karena sudah saya simpankan untuk orang lain, jadi ya tidak saya jual. Mungkin lebih baik jika dari awal saya terapkan payment 1x24 jam atau semacamnya, karena itu artinya barang tidak perlu kita simpan terlalu lama dan bisa terjual lebih cepat. 

Kalau ngomongin merk Avène pasti yang terlintas dikepala kita adalah Eau Thermale Spring Water nya, bener tidak? Memang tidak bisa dipungkiri lagi spring water dari Avène ini memang paling terkenal dibanding spring water lainnya. Namun ternyata oh ternyata Avène juga banyak mengeluarkan banyak produk lain, salah satunya nya adalah Avène Very High Protection Emulsion SPF 50+ yang akan saya bahas dalam postingan kali ini. 

Beruntung sekali beberapa minggu lalu saya ikutan event nya Avène di Senayan City, karena ketika acaranya selesai kami  diberi oleh-oleh goodie bag dari Avène, salah satu isi goodie bag nya adalah Avène Very High Protection Emulsion SPF 50+ yang bikin saya jingkrak-jingkrak kegirangan karena saya termasuk hardcore dalam urusan memakai sunscreen. Padahal kalau dipikir-pikir lagi, sebenarnya kulit saya jauh dari kata putih dan tidak ada bedanya ketika saya panas-panasan atau tidak, namun tetap saja saya parno sekali dengan sinar matahari terutama karena dapat menyebabkan noda hitam di kulit, dan noda hitam muncul nya tidak pandang bulu loh, mau kulit putih/gelap, pasti akan dihinggapi juga jika tidak dirawat dengan baik. Karena itulah saya sendiri tidak pernah absen dari yang namaya memakai suncreen, apalagi tahun depan usia saja akan menginjak 30 tahun, saya pun semakin rajin merawat kulit.

Avène Very High Protection Emulsion SPF 50+ ini sebenarnya diformulasikan untuk jenis kulit yang super sensitif dan fair skintone (alias putih bule). Formulanya cocok sekali untuk jenis kulit yang gampang terpapar sinar matahari. Yang menjadikan sunscreen ini special adalah terdapat kandungan aktif baru yang disebut Glyceryl Laurate yang dapat mengatur kelebihan minyak di wajah dan memberikan hasil yang matte seketika. Wah kok bisa sih? Bisa dong! Soalnya Lycerly Laurate ini memiliki kandungan mattifying powders didalamnya. Poin tambah lainnya dari produk ini adalah oil free, parabem free, alchohol free dan silicone free. 

Saya sendiri sudah mencoba produk ini beberapa kali, dan saya benar-benar suka dengan finishing nya. Kalau biasanya sunscreen punya bau yang khas, suncream Avène hampir tidak ada aromanya sama sekali. Dan yang paling saya suka adalah formulanya tidak bikin lenget saat dipakai. Cocok untuk digunakan sebelum mengaplikasikan foundation. Untuk perlindungan yang lebih maksimal, sebaiknya aplikasi sunscreen ini diulang setiap beberapa jam sekali.



Setau saya untuk kulit orang Indonesia menggunakan SPF 15 pun sudah cukup untuk melindungi kita dari sinar matahari. Tapi dengan menggunakan Avène Very High Protection Emulsion SPF 50+ ini kita di proteksi dengan SPF 50 yang sebenarnya diformulasikan untuk orang kaukasian yang kulitnya super putih.

Bagi kalian yang memiliki kulit super sensitif, cobain Avène Very High Protection Emulsion SPF 50+ ini deh, karena suncreen ini dapat memberikan efek soothing, anti-iritasi, serta mengandung vitamin E. Saat digunakan pun produk tidak akan membuat wajah jadi berminyak atau mengkilat :) Mantap kan!

Sebelum saya masuk ke review, saya mau cuhat dikit. Jadi sebenarnya saya sudah menulis review untuk produk ini: foto sudah saya upload, kalimat-kalimatnya sudah saya edit, dan paragrafnya sudah saya rapihkan. Intinya post tersebut tinggal di publish. Tapi entah kenapa, saya lupa meng-klik tombol update dan langsung mematikan laptop. Dan eng ing eng, semua yang saya tulis hilang begitu saja. Duh rasanya saya jadi ingin nangis dan jenggut-jenggut rambut, cuma karena kebodohan saya 3 jam kerja yang telah saya habiskan untuk menulis review ini terbuang begitu saja. Dan jadilah akhirnya saya duduk disini mengulang lagi semua yang sudah saya tulis. 

Setelah hampir sebulan absen buat review, akhirnya saya berhasil mengalahkan kemalasan saya dan mulai nulis ulasan tentang beauty product. Dan product yang saya akan bahas adalah Rohto Skin Aqua BB Cream. Wait wait wait, bukannya Rohto itu merk obat tetes mata ya? Awalnya saya juga berpikir demikian, tapi ternyata juga mengeluarkan produk skincare termasuk Rohto Aqua Skin BB Cream. 

Rohto Aqua Skin BB cream ini hadir tidak hanya dalam 1 varian saja. Namum terdapat 2 jenis yang dapat dipilih, yaitu: Perfect Matte untuk kulit berminyak dan Perfect Moisture untuk kulit kering atau normal. Karena sudah jelas kulis saya rmasuk jenis tank minyak, akhirnya dipilihlah Rohto Aqua Skin BB cream Perfect Matte untuk saya pilih. 

Siapa yang sudah pernah coba produknya Avène? Saya, saya! #angkattangantinggiawasbaukelek. Kebetulan saya sudah pernah coba Eau Thermale Spray dari Avène dan lumayan suka dengan produk tersebut, jadi ketika beberapa saat yang lalu saya lihat di FB ada undangan untuk menghadiri acara talkshow with Avène, cuss deh langsung saya langsung daftar...

Event Avène ini diselenggarakan di Senayan City pada tanggal 30 Mei 2015. Lalu karena diundangannya saya liat acara akan dimulai jam 5, maka dari jam setengah 5 saya sudah stand by di Atrium Senayan City. Tapi maklum jam Indonesia, seringnya ngaret, acaranya sendiri baru dimulai pada jam setengah 7 malam. Lumayan deh pantat jadi dadas dikit karen nunggu nya agak lama :D. Untungnya Beauty Blogger yang diundang ada banyak, jadi bisa hahah hihihi dulu sambil nungguin acara mulai.

Acara utama dari event ini adalah talk show bersama dr. Ariyani Sudharmono yg membahas tentang penggunaaan Avène dalam prakteknya sehari hari. Ternyata menurut dr. Ariyani ada banyak sekali manfaat dari Avène, tidak hanya untuk menyegarkan kulit, namun juga dapat mengurangi berbagai permasalah kulit lainnya seperti iritasi, alergi, dll. 

Wah banyak sekali ya manfaat dari Avène, kok bisa sih, bukannya itu cuma air doang ya? Eits, jangan salah, Avène diambil dari mata air murni di sebuah desa bernama Avène di Prancis bagian tenggara. Air yang dihasilkan ini bukan sembarang air, namun air yang mengandung unsur unsur mineral yang dapat membantu mengatasi permasalahan kulit. Hebat kan!

Oh ya, pada kesempatan kali ini juga para undangan dipertontonkan video testimon dari Febry, seorang remaja yang berasal dari Medan. Febry adalah penderita Psoriasis (penyakit dimana penderita mengalami peradangan dan pengelupasan pada kulit). Dengan motivsi untuk menyembuhkan penyakit yang diderita oleh Febry, tim Avène menerbangkan Febry ke desa Avène untuk mendapatkan treatment dan pengobatan selama 4 minggu di klinik Avène. Dari treatment yang dilakukan selama 4 minggu tersebut, terlihat perubahan yang cukup drastis. Ruam-ruam pada kulit Febry jadi berkurang dan warna kulitnya terlihat menjadi lebih rata.  

Untung deh saya ikutan event ini, karena pada akhir acara kami diberikan 2 produk Avène untuk dicoba dan direview. Mau tau apa saja 2 produk tersebut? Stay tune in my blog ya, karena review nya akan saya buat dalam 2 minggu kedepan. Thanks Avène for having me, I'll see you in my next post!

Yang namanya nonton YouTube sudah jadi makanan saya sehari-hari. Sehari saja tidak nonton YouTube, rasanya seperti makan sayur asam tanpa garam #tsahh, kayanya ada yang kurang gitu deh! Jadi kalau ada yang bilang saya ketagihan dengan YouTube, mungkin ada benarnya juga. And thanks to YouTube, sekarang saya jadi ketagihan dengan make up, tapi bukan berarti semua video yang saya tonton itu berbau kecantikan ya, malah sebaliknya, kebanyakan tema videonya hampir tidak bersinggungan dengan kecantikan sama-sekali.

Kalau sebelumnya saya pernah buat postingan tentang Favorite Beauty Guru, maka kali ini saya mau sharing Favorite YouTube Channel yang Non-Beauty Related. Total nya ada 3 channel. 2 dari 3 channel ini saya temukan secara tak sengaja. Lagi iseng-iseng di YouTube, klik sana klik sini dan ketemu deh dengan chanel-chanel ini. Sekarang video-video dari ke-3 channel ini jadi bagian yang tidak terpisahkan dari rutinitas saya sehari-hari. Karena saya orangnya agak random, maka video yang saya tonton pun agak random, so please pardon in advance ya :D

It's Judy Life

Video di channel ini tergolong kedalam Vlog (Video Blog), dimana Judy yang terkenal melalui It'sJudyTime hampir setiap hari merekam kehidupannya bersama Benji (suaminya) dan ketiga anaknya, lalu meng upload video tersebut di YouTube. Nonton YouTube nya Judy hampir sama seperti nonton Reality Show. Sekalipun menurut saya confliknya tidak se-"drama" Keep Up with the Kardashian, namun tetap menghibur kok. Ketiga putri Judy: Julianna, Kieara dan Miya, bisa dibilang jadi The Star of The Show, karena jujur saja, saya jadi suka nonton videonya Judy karena gemas melihat ketiga putrinya yang super lucu #grrrringincubit. Tapi yang paling bikin bete itu adalah ketika nonton bagian dimana Benji lagi pamer hasil masakannya yang sukes bikin perut saya jadi keroncongan, godaan banget bagi yang lagi diet deh!

Buzzfeed

Buzzfeed merupakan perusahan yang fokus dalam social news and entertainment. Salah satu media yang mereka pakai adalah YouTube. Saat ini, Buzzfeed memiliki 4 channel utama di YouTube: BuzzFeedVideo, BuzzFeedYellow, BuzzFeedBlue, BuzzFeedViolet. Video yang produksi oleh BuzzFeed biasanya selalu informatif namun dikemas dengan gaya yang unik dan kocak. Saya sendiri sampai suka ketawa-ketawa sendiri waktu nonton BuzzFeed. Kalau kalian lagi bete dan galau, coba deh nonton videonya BuzzFeed, dijamin bikin senyum.

Dr. Sandra Lee (aka Dr. Pimple Popper)

For sure this channel is not for everyone. Bahkan ada beberapa teman saya yang suka bergidik jijik kalau melihat saya lagi nonton video dari channel ini.  Dr. Sandra Lee (aka Pimple Popper) adalah seorang dermatologist, ahli bedah Kanker dan Kecantikan. di channel ini, Dr Sandra Lee memposting video ketika dia sedang melakukan prosedur pengeluaran jerawat, bisul, limpoma, dll. Menurut saya, YouTube Channel milik Dr. Sandra Lee jadi terkenal karena ternyata diluar sana ada banyak orang-orang (aneh) seperti saya yang kecanduan dengan mencet jerawat, komedo, bisul, blackhead, dll, dan video-video dari Dr. Sandra Lee dapat memuaskan kebutuhan kami akan hal tersebut. Aneh memang, tapi pada kenyataannya melihat jerawat yang dipencet atau bisul yang dipecahkan dapat memberikan terapi relaksasi tersendiri bagi banyak orang (termasuk saya). Saya juga suka dengan cara kerja Dr. Sandra Lee yang rapi dan profesional, jerawat/komedo yang dia pencet benar-benar sampai ke akarnya, sehingga tidak membiarkan Popaholic seperti saya merasa frustasi karena pencet jerawatnya tidak sampai tuntas. Ngomong-ngomong tentang jerawat, kalian pernah dengar tentang Pobling? Alat ini berfungsi untuk membersihkan kulit wajah sampai ke pori-pori, jadi kulit kita bisa bebas jerawat dan komedo. Saya ingin beli ah!

Jadi itulah ketiga non beauty-related channel yang menjadi favorite saya. Mulai dari cerita keluarga, humor, sampai dengan pencet-pencet jerawat semuanya lengkap-kap-kap. Sekian postingan saya and see you in my next post!

Tak kenal makanya tak sayang, mungkin itulah ungkapan yang pas menggambarkan hubungan saya dengan 3 beauty tools ini. Awalnya sih karena tidak tahu cara memakainya, saya jadi bete dan duluan mencap ketiga produk ini useless banget. Tapi semakin sering saya pakai (dibekali juga tutorial dari YouTube), akhirnya saya pun dapat "chemistry" nya dan malah jatuh hati dengan 3 beauty tools ini. 

1. Stippling Brush

Awalnya yang membuat saya enggan memakai kuas foundation ini adalah bentuk bulu nya yang agak "aneh". Bulunya jarang-jarang dan ujung nya lancip. Selain itu, karena bulunya sangat halus, saya jadi merasa tidak mantap ketika mengaplikasikan foundation dengan menggunakan kuas ini. Rasanya kurang "pol" gitu deh. Tapi karena saya sering lihat di YouTube bahwa stippling brush jadi andalan para Beauty Guru, saya akhirnya jadi penasaran dan kembali mencoba kuas ini. Setelah saya gunakan sesuai petunjuk yang benar, saya akhirnya mengerti kenapa banyak orang yang suka dengan stippling brush. Dengan menggunakan stippling brush, foundation saya kelihatan flawless dan hasilnya almost airbrush finished. Kunci menggunakan stippling brush cuma 1: jangan ditekan-tekan dan cukup di rotate secara halus dipermukaan kulit. Dijamin hasilnya jadi super mulus. Dari set kuas make up yang saya miliki, stippling brush sekarang jadi salah satu favorit saya. 

2. Eyelash Curler

Waktu itu saya sempat beli penjepit bulu mata abal-abal, saya pikir ngapain juga beli yang bagus dan mahal, toh fungsinya sama-sama saja, cuma untuk melentikan bulu mata. Untuk beberapa saat saya sangat yakin dengan pendapat ini, sampai akhirnya saya tertimpa suatu musibah #lebay. Saya memakai eyelash curler abal-abal ini dalam keadaan terburu-buru, alhasil bulu mata saya terpotong hampir setengahnya. Mata saya jadi kelihatan botak sebelah. Setelah accident itu saya jadi menghindari memakai penjempit bulu mata. Namun akhirnya saya memberanikan diri untuk membobol dompet dan beli eyelash curler dari Shu Uemura. Ungkapan "ada harga ada kualitas" benar-benar berlaku dalam hal ini. Tidak ada keluhan sama sekali untuk penjepit bulu mata dari Shu Uemura. Karet penjepit bulu matanya empuk, kualitas besinya pun kuat dan tidak gampang bengkok. Sekarang eyelash curler jadi must have item saya!

3. Sponge 

Setelah sering lihat para Beauty Guru mengaplikasikan foundation menggunakan brush, saya pun jadi punya pemikiran bahwa tools paling oke untuk aplikasi foundation adalah brush dan bukan yang lain. Bahkan saya sempat berpikir aplikasi foundation pakai sponge itu teknik yang kuno sekali (#mintaditimpukmemang). Little did I know, sekarang sponge jadi tools nomor satu saya untuk apply foundation. Awal ketertarikan ini gara-gara saya penasaran kenapa banyak orang yang tergila-gila dengan beauty blender. Setelah saya coba sendiri, saya pun menyadari bahwa menggunakan beauty blender/sponge untuk apply foundation dapat memberikan hasil yang paling halus dan smooth. Rahasianya adalah sponge nya harus dalam keadaan basah. Bagi saya tidak ada tools lain yang bisa memberikan kemulusan yang sama seperti sponge basah. And I swear by it. Untuk kulit jenis apapun, sponge basah adalah juaranya.

Kalau dipikir-pikir cukup aneh memang, kok bisa dulu saya tidak suka sama sekali dengan ketiga tools tersebut dan sekarang malah jatuh cinta. Yah, namanya juga tak kenal maka tak sayang :D Sekian postingan dari saya, and I'll see you in my next post!

Halo girls, bulan lalu saya diundang ke event Beauty Talk by Rohto, tepatnya tanggal 20 April 2015 di Tartine Restaurant FX Jakarta. Sekalipun acaranya diadakan pada hari kerja dan malam hari pula, tapi tetap saya jabanin karena memang ingin eksis di event ini:D. Terus terang, pertama kali mendengar kata Rohto, yang terlintas di benak saya adalah merk obat tetes mata.  Tapi ternyata Rohto menghasilkan produk lain juga, yaitu rangkaian Aqua Skin Series dan BB cream yang diperkenalkan lewat event gathering ini.  

Sebelum kita bahas up-close and personal tentang Aqua Skin & BB Cream dari Rohto, kita kenalan dulu yuk dengan perusahaan ini:). Rohto merupakan perusahaan pharamaceutical company yang berasal dari Jepang. Perusahaan ini dibentuk sejak tahun 1889 dan pada awalnya berfokus menjadi toko obat terbaik di Jepang. Selain terkenal dengan produk tetes matanya, Rohto juga menghasilkan produk lain diantaranya: haircare, lipcare, skincare, dan healthcare. Saat ini Rohto memiliki 23 cabang perusahaan  diseluruh dunia dan di Indonesia sendiri Rohto telah beroperasi sejak tahun 1934. 

Pada event Beauty Talk with Rohto, saya dan para beauty blogger lainnya diperkenalkan dengan rangkaian produk dari Skin Aqua, yaitu UV Skin Care. Rangkaian produk ini tidak hanya berfungsi untuk melindungi kulit dari sinar UV-A dan UV-B tetapi juga melembabkan, melembutkan, dan menutrisi kulit. Formulasi nya berbahan dasar air sehingga membuat Skin Aqua terasa ringan, mudah meresap, tidak lengket dan nyaman digunakan setiap hari. Skin Aqua dari Rohto terdiri dari Skin Aqua UV Moisture Gel, Skin Aqua UV Moisture Milk, Skin Aqua UV Whiening Milk, dan Skin Aqua UV Mild Milk. Tidak ketinggalan, Rohto juga mengeluarkan BB cream yang terdiri dari 2 varian: Skin Aqua BB Cream Perfect Matte, Skin Aqua BB Cream Perfect Moisture. 

Lalu apa dong yang membedakkan  UV Skin Series dari Rohto dengan Sun Block pada umumnya: Pertama, UV Skin Care memiliki keuntungan ganda: memberikan perlindungan terhadap sinar UV sekaligus skincare. Kedua, formulanya tidak lengket. Ketiga, teksturnya cepat meresap kedalam kulit,  Keempat, dapat dipakai setiap hari

Selain memperkenalkan rangkaian produk dari Skin Aqua, pada event ini pun dihadirkan 4 pembicara: Mr Noriaki Shiga (vice President of PT. Rohto Laboratiories Indonesia, Mr. Akiyori Fujiwara ( R&D Manager of PT. Rohto Laboratories Indonesia, Ms. Yudith Novrianti (Product Specialist PT. Rohto Laboratories Indonesia, dr. Devina Nova (Dermatologist).

Acara ini dimulai dengan makan malam, perkenalan produk, tanya jawab dan pembagian doorprize (yang lagi-lagi tidak saya menangkan...ggrrr). Selain itu kita juga bisa skin check di booth yang telah disediakan oleh Rohto. Oh iya, di gathering ini saya ketemuan dengan duo kaka-adik maut: Dine & Aisyah (www.sistersdyne.blogspot.com) yang jauh-jauh datang dari Lampung loh. Seneng deh bisa ketemuan dengan beauty blogger luar Jakarta yang selama ini cuma bisa sapa-sapaan di social media saja :)

Sekian event report saya kali ini, thank you for having me Rohto! I'll see you in my next post and have a nice day! :)